Blog Ghaisan : Info & Review Produk Terbaru

Blog Informasi Seputar Produk, Review Produk Terbaru dan Tips-tips seputar Kesehatan.

LightBlog

Breaking

Jumat, 08 Juli 2011

Selamat Datang di Lembah 72 Air Terjun!

Jika saja Trümmelbachfälle hanya sekadar air terjun, saya tidak akan menyiapkan waktu khusus untuk berkunjung kesana. Namun, bagaimana saya dapat menolak untuk menjejakkan kaki di sebuah lembah dengan 72 air terjun, yang 10 diantaranya terletak di dalam gunung batu?
Dengan menumpang kereta api SBB (Schweizerische Bundesbahnen), saya bertolak dari Stasiun Bern ke Stasiun Interlaken West. Perjalanan yang memakan waktu kurang lebih satu jam terasa istimewa dengan suguhan scenic route terbaik Eropa. Danau Thun terlihat molek dihiasi deretan kapal layar dan rumah-rumah pedesaan disekitarnya. Spiez pun tak kalah mempesona dengan kebun anggurnya, membuat mata enggan berkedip. Sebuah terapi cuci mata yang saya idam-idamkan selama ini.
Interlaken adalah kota kecil diantara Danau Thun dan Danau Brienz yang terkenal sebagai pusat wisata adventure Swiss. Potensi alamnya menjanjikan playground sempurna bagi peminat aktivitas ski, trekking, climbing, dan paragliding.
Kota yang begitu bersih dan tenang menjadikan polusi tanah, air, udara, maupun suara seakan dongeng semata.  Demikian kesan yang melekat dibenak saya, sejak kali pertama menapaki Interlaken.
Saya pun memutuskan berkeliling kota sebelum menuju Lauterbrunnen. Pusat kota Interlaken bernama Höheweg, tak lain berupa ruas jalan yang membentang sepanjang stasiun Interlaken West hingga stasiun Interlaken Ost. Höheweg tidak sekadar memiliki souvenir center, butik, hotel, kafe, restoran, dan teater, tetapi juga gereja gothic, Japanesse Garden pertama di Swiss, dan bekas biara Augustinian yang mahsyur.
Biara Augustinian merupakan salah satu pemilik tanah terbesar di Interlaken sebelum akhirnya dibubarkan pada tahun 1484 karena masalah keuangan. Sebagian tanah peninggalan biara Augustinian diakuisi dan dijadikan ruang terbuka seluas 14 hektar bernama Höhematte, dengan Höheweg termasuk didalamnya.
Di dekat tourism office, saya bertemu Deepak yang kemudian menjadi travel mate saya hari itu. Pemuda India yang bermukim di Amsterdam ini memutuskan bergabung karena belum pernah mendengar tentang Trümmelbachfälle walaupun telah berulang kali mengunjungi Swiss.
Berdampingan kami menyusuri Höhematte kemudian berhenti sejenak untuk menikmati pesona kota dari tepian danaunya, tak jauh dari kemewahan Victoria Grand Hotel yang berusia lebih dari 150 tahun. Jauh di atas permukaan tanah terlihat cableways membentang, siap mengantar siapa saja yang ingin menikmati Interlaken dari ketinggian. Di sisi lain, jalur kereta api yang mengular di pegunungan batu menjadi sarana penting untuk menanjak ke Top of Europe; Sang Jungfrau. Julangnya yang megah semakin menambah semangat dan keingintahuan kami akan Trümmelbachfälle.
Kami pun beranjak ke stasiun Interlaken Ost, siap menjelajahi alasan utama berkunjung ke kota di utara Jungfrau ini. Stasiun Interlaken Ost menyediakan paket transportasi lengkap, mencakup tiket kereta pulang pergi Interlaken Ost – Lauterbrunnen dan tiket bus pulang pergi Lauterbrunnen – Trümmelbachfälle.
Kali ini mata dimanjakan oleh hamparan padang rumput menghijau, terlihat serasi dengan aneka bebungaan mekar menghiasi jendela rumah. Sesekali terlihat kawanan sapi asik merumput di tengah padang dan tepian sungai. Sangat khas Swiss.
Sebelum berganti bus kami menyempatkan berbelanja aneka roti di Bäckerei von Allmen yang telah eksis selama 25 tahun, sekaligus mampir ke ATM di samping toko roti tersebut.
Memasuki Lembah Lauterbrunnen, beberapa air terjun yang mempercantik paras pedesaan seolah tersenyum menyambut kami. Selamat datang di lembah 72 air terjun! Saya tidak dapat menahan takjub sekaligus iri saat melewati salah satu rumah yang berlatar belakang gunung batu dengan air terjun jatuh tepat di halaman belakangnya. Ah, I want it too...
Papan besar bertuliskan Trümmelbachfälle sebagai penanda terpampang jelas tak jauh dari bus stop.  Kawasan ini dilengkapi tempat parkir yang luas, restoran di bagian paling depan, serta toko souvenir di bagian tengahnya. Waktu lima menit yang diperlukan untuk berjalan menuju loket masuk air terjun kami habiskan lebih lama karena terlalu asik melahap keindahan yang terpampang, baik dengan mata telanjang maupun kamera.
Jungfrau, Eiger dan Mönch terlihat putih meninggi, sempurna terbingkai rerumputan hijau segar ditimpali warna-warni dedaunan. Menyaksikan dominasi hijau daun tergantikan kuning, merah, dan kecoklatan merupakan kenikmatan tersendiri saat musim gugur tiba. Bibir tak henti-hentinya menyerukan kekaguman, magis ini terlalu besar untuk disimpan sendiri.
Gegas langkah kami menapaki satu arah. Ke perut gununglah kami menuju, memburu fenomena alam nan unik bernama Trümmelbachfälle; rangkaian air terjun yang berasal dari glasier 3 gunung es tertinggi dan terindah di Eropa. Lelehan salju Jungfrau, Eiger dan Mönch yang melegenda ini membentuk 10 air terjun di dalam gunung kapur dengan jarak antara yang tertinggi dan terendah sejauh 140 meter. Magnificent!
Lift terowongan siap membawa kami ratusan meter diatas permukaan tanah, dengan kemiringan sekitar 45 derajat. Meskipun dinding dan atap lift terbuat dari kaca, yang terlihat hanyalah gelap menyelimuti terowongan. Penjaga lift yang ramah dan informatif membuat waktu semenit berlalu lebih cepat dari biasanya.
Sesampainya diatas, kami jeda sejenak untuk menenangkan luapan emosi; keingintahuan sekaligus kebingungan. Ruangan dengan persimpangan menuju beberapa terowongan menunggu untuk dijelajahi. Which way first? Berkesimpulan bahwa jalan manapun menjanjikan kejutan indah, tersenyum kami menyusuri selasar. Basah dan dingin.
Relung goa remang-remang saja, penerangan hanya diarahkan pada jalan setapak, batu dan air. Hal ini sengaja dilakukan untuk mempertahankan nuansa alami di dalam goa. Tak butuh waktu lama untuk menemukan air terjun pertama, cukup mengikuti gemuruh air yang jelas terdengar, menandakan debit air yang cukup deras. Tak heran jika tempat ini dinamakan Trümmelbachfälle, artinya aliran air yang berbunyi laksana tabuhan drum.
Ceruk goa membentuk jendela alami, sebuah titik sempurna untuk mengagumi maha karya alam ini. Matahari bersinar malu-malu dari bagian teratas goa yang terbuka. Deepak sontak melihat saya, ”How do you know about  this paradise?!”
Saya hanya tersenyum simpul sebagai jawaban, sibuk berkhayal tentang negeri rahasia dibalik air terjun. Disana ada kastil indah, kereta berkuda putih dan kupu-kupu bercanda di lautan bunga nan luas. Percikan air membuyarkan lamunan saya.
Jalan setapak yang berbatas pagar dengan jurang berbatu sekilas terlihat seperti jembatan. Melalui jalan ini kami mejelajahi satu persatu air terjun yang mengintip dari balik bebatuan. Beberapa diantaranya dapat dinikmati dari berbagai sudut pandang; sejajar, dari atas, dan dari bawah. Aliran air yang jatuh dari liang batu satu ke lainnya terlihat membusa. Pada musim gugur, aliran air tampak hijau kebiruan dan bening seperti kristal, sebaliknya pada musim panas akan tampak seputih susu.
Di sela decak kagum, sesekali terdengar pekik tertahan pengunjung yang terkena percikan air terjun walau berada agak jauh di selasar. Anak tangga pun tak luput dari tetesan air yang berasal dari atap goa. Semakin jauh ke atas, bibir saya mulai membiru tak berdaya melawan hawa beku. Brrrr......saya menarik jaket yang sepanjang hari tersampir begitu saja dipinggang.
Jelajah Trümmelbachfälle kami lengkapi dengan singgah di pelataran luar gunung batu yang tak jauh dari air terjun terbesar.
Ngarai Trümmelbachfälle dengan segelintir rumah pertanian yang menyatu dengan warna warni alam terlihat semakin elok dari ketinggian. Tentu saja, dihiasi kemilau air terjun menjuntai di luar gunung kapur. Alam menebarkan aroma segar yang manis. Sekali lagi saya tergoda untuk berpetualang ke dongeng masa kecil. Seperti inikah negeri ajaib itu?
Pada sisi terjal ngarai yang hampir tidak dapat di akses manusia terdapat hutan gunung purba dengan mawar Alpen, pakis langka dan bunga lili.  Sisi ini juga menjadi tempat ibex dan chamois berlindung pada saat musim hujan dan musim dingin.
Ibex dan chamois adalah spesies perpaduan kambing dan kijang liar yang mendiami kawasan berbatu di sepanjang jalur salju Pegunungan Alpen Eropa. Ciri khas hewan ini adalah tanduknya yang besar dan agak melengkung ke belakang. Inilah salah satu alasan pemerintah Swiss menobatkan Trümmelbachfälle sebagai aset lanskap nasional.
Sungguh suatu pengalaman wisata perut gunung yang tak terlupakan. Mengunjungi satu-satunya kawasan air terjun glasier di dalam gunung yang dapat di akses di Eropa, bahkan dunia!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar